Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image

januari, aku di sini

  • Rabu, 25 Januari 2012
  • rani nuralam
  • Label: ,
  • Januari, aku juga masih di sini. Tak ingin buru – buru memburu Februari. Tapi, sekali waktu jatuh rinduku, membara pada Februari, Maret, April, Mei, Juni, Juli, Agustus, September, Oktober, November, dan Desember yang sudah berlalu itu. Tapi di saat itu pula sudah kurindukan waktu yang akan datang ini. Bila timbul hasratku, dengan mudah kudapati mereka di wikipedia, tapi kupilih tak cari mereka di manapun. Menahan semua rasa sendirian. Sebab sedang kujalani tujuh hari terakhir hingga waktu ini tak bersisa, dan dengan hati - hati.

    Januari, aku senang belajar menari di angkasa. Aku cuma perlu menarik napas, menatap langit, tersenyum, melentukkan tangan, kaki, dan tubuhku seirama alunan musik. Tapi kakiku cidera. Bila kubertopang dengan satu kaki tertentu, tubuhku limbung ke kiri – ke kanan. Langkahku sempoyongan. Gerakanku tak sempurna. Titik sakit itu memang sudah ditemukan, dan sudah kucurahkan kegentaranku pada sang guru. Katanya tak mengapa, semua akan baik – baik saja.

    Meskipun begitu, mereka juga sudah bilang, kemajuanku melesat bagai roket, kuda – kudaku menguat, kepakkanku juga. Terkadang rasanya memang seperti terbang. Yang penting buat terbang adalah sayap, namun kekuatan kaki tak kalah pentingnya. Diperlukan sepasang kaki yang kuat untuk menjejakkan kaki di bumi dengan mantap, dan aku sangat ingin bisa berdiri di ujung jari – jari kakiku.

    Januari, saat ini jantungku sedang berdebar – debar lantaran pintu Februari itu telah menganga, sedikit. Aku tahu di balik pintu itu sudah ada sang mahaguru. Menantiku. Mudah – mudahan pada saatnya ujian itu dapat dilalui dengan gemilang.

    Dengan Puisi, Aku

  • Minggu, 15 Januari 2012
  • rani nuralam
  • Label: ,

  • Dengan puisi aku bernyanyi

    Sampai senja umurku nanti

    Dengan puisi aku bercinta

    Berbatas cakrawala

    Dengan puisi aku mengenang

    Keabadian Yang Akan Datang

    Dengan puisi aku menangis

    Jarum waktu bila kejam mengiris

    Dengan puisi aku mengutuk

    Nafas zaman yang busuk

    Dengan puisi aku berdoa

    Perkenankanlah kiranya



    (c) Copyright 2010 lampu bunga. Blogger template by Bloggermint