Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image

Surat Bartholomew Rossi

  • Senin, 24 September 2012
  • rani nuralam
  • Label: ,

  • 20 Juni 1930

    Sahabatku yang baik,

    Saat ini aku tidak punya siapa pun di dunia ini untuk kuajak bicara, dan aku sekarang duduk sendirian dengan pena di tangan, berharap kau ada, khususnya, menemaniku di sini – kau akan dipenuhi rasa terpesona yang lembut, seperti biasa, melihat pemandangan yang  kunikmati sekarang ini. Aku sendiri dipenuhi rasa hampir tidak percaya hari ini – kau pun pasti akan begini kalau bisa melihat sendiri apa yang kulihat – di kereta api, tapi itu saja tidak akan banyak memberi petunjuk bagimu. Kereta api ini berjalan menuju Bukarest. Hebat sekali, begitulah seakan kudengar kau berkata di sela – sela peluit kereta. Tapi itu benar. Aku tidak berencana pergi ke sini, tapi sesuatu yang luar biasa membawaku ke mari. Aku berada di Istanbul sampai beberapa hari yang lalu, melakukan riset kecil yang tidak pernah kuceritakan pada siapa pun, dan di sana kutemukan sesuatu yang membuatku ingin datang ke sini. Bukannya ingin, persisnya; lebih tepat kalau kusebut aku sangat takut, tapi merasa terdorong. Kau orang yang sangat rasional – kau tak akan peduli sedikit pun mengenai hal – hal itu, tapi aku sungguh berharap memiliki otak seperti otakmu dalam perjalanan ini; aku akan membutuhkan setiap notkah otakku dan itu pun mungkin belum cukup untuk menemukan apa yang kucari.
    … .
     
    Sahabatmu,

    Bartholomew Rossi

     

    The Historian, Elizabeth Kostova, hal. 447

    Museum di Kota Tua Jakarta

  • Senin, 17 September 2012
  • rani nuralam
  • Label: ,


  • Koleksi Museum Wayang
     Dari Bekasi menuju Jakarta Kota. Jalan – jalan ke salah satu cagar budaya Kota Tua di Jakarta Pusat. Tiba di Stasiun Jakarta Kota kita sudah disuguhkan sisa peninggalan klasik Belanda, yakni  stasiun kereta api  yang memiliki 12 jalur rel dan masih berfungsi baik sampai saat ini. Lalu, menapak keluar stasiun akan didapati bangunan kuno yang tak kalah uniknya. Berikut ini adalah beberapa tempat yang terdaftar sebagai cagar budaya yang berada dalam satu kompleks, dan antartempat bisa ditempuh dengan berjalan kaki saja. Persiapkan topi, mungkin payung, botol minuman, buku kecil dan pena, dan tentu saja jangan  lupa membawa  kamera untuk merekam momen di sana.


    Museum Bank Mandiri
    Waktu Berkunjung
    Selasa - Minggu : 09.00 - 16.00 WIB
    Senin & Hari Libur National Tutup

    Harga Tanda Masuk
    Gratis, tanpa dipungut biaya untuk pelajar, mahasiswa, dan nasabah Bank Mandiri.

    Gedung Museum Bank Mandiri (ex-Nederlandsche Handel-Maatschappij (NHM)) dirancang oleh 3 orang arsitek belanda yaitu J.J.J de Bruyn, A.P. Smits, dan C. van de Linde. Gedung ini mulai dibangun tahun 1929 dan pada tanggal 14 Januari 1933 dibuka secara resmi oleh C.J Karel Van Aalst, Presiden NHM ke-10. Gedung ex-NHM ini tampak kokoh dan megah dengan arsitektur Niew Zakelijk atau Art Deco Klasik



    Museum Bank Indonesia
    Waktu Berkunjung
    Selasa - Jumat : 08.00 - 15.30 WIB
    Sabtu - Minggu : 08.00 - 16.00 WIB
    Senin & Hari Libur National Tutup

    Harga Tanda Masuk
    Gratis, tanpa dipungut biaya


    Museum Bank Indonesia adalah sebuah museum di Jakarta, Indonesia yang terletak di Jl. Pintu Besar Utara No.3, Jakarta Barat (depan stasiun Beos Kota), dengan menempati area bekas gedung Bank Indonesia Kota yang merupakan cagar budaya peninggalan De Javasche Bank yang beraliran neoklasikal, dipadu dengan pengaruh lokal, dan dibangun pertama kali pada tahun 1828.


    Museum Wayang
    Salah satu sudut di Kota Tua
    Waktu Berkunjung
    Selasa – Minggu : 09.00 – 15.00
    Senin & Hari Libur National Tutup

    Harga Tanda Masuk
    Dewasa Rp. 2000
    Mahasiswa Rp. 1000
    Pelajar/Anak Rp. 600
    Rombongan Dewasa Rp. 1500
    Rombongan Mahasiswa Rp. 750
    Rombongan Pelajar/Anak Rp. 500


    Gedung yang tampak unik dan menarik ini telah beberapa kali mengalami perombakan. Pada awalnya bangunan ini bernama De Oude Hollandsche Kerk ("Gereja Lama Belanda") dan dibangun pertamakali pada tahun 1640. Tahun 1732 diperbaiki dan berganti nama De Nieuwe Hollandse Kerk (Gereja Baru Belanda) hingga tahun 1808 akibat hancur oleh gempa bumi pada tahun yang sama. Di atas tanah bekas reruntuhan inilah dibangun gedung museum wayang dan diresmikan pemakaiannya sebagai museum pada 13 Agusus 1975. Meskipun telah dipugar beberapa bagian gereja lama dan baru masih tampak terlihat dalam bangunan ini.

    Museum Sejarah Jakarta
    Ruang bawah tanah
    Waktu Berkunjung
    Selasa – Kamis : 09.00-15.00
    Jumat : 09.00-14.30
    Sabtu : 09.00-12.30
    Minggu : 09.00-15.00
    Senin & Hari Libur National Tutup

    Harga Tanda Masuk
    Mahasiswa Rp 1000
    WNA (Anak) Rp 600
    WNA (Dewasa) Rp 2000
    WNI (Anak) Rp 600
    WNI (Dewasa) Rp 2000


    Gedung ini dulu adalah sebuah Balai Kota (bahasa Belanda : Stadhuis) yang dibangun pada tahun 1707-1710 atas perintah Gubernur Jendral Johan van Hoorn. Bangunan itu menyerupai Istana Dam di Amsterdam, terdiri atas bangunan utama dengan dua sayap di bagian timur dan barat serta bangunan sanding yang digunakan sebagai kantor, ruang pengadilan, dan ruang-ruang bawah tanah yang dipakai sebagai penjara. Pada tanggal 30 Maret 1974, gedung ini diresmikan sebagai Museum Fatahillah.


    Kereta Api
    Stasiun Beos 2012
    Kembali pulang. Dari Stasiun Kereta Api Jakarta Kota menggunakan commuter line. Jauh – dekat, Jakarta Kota - Bekasi, enam ribu lima ratus perak. Stasiun tua yang juga dikenal dengan nama Beos ini memiliki  arsitektur unik. Beos itu singkatan dari Bataviasche Ooster Spoorweg Maatschapij (Maskapai Angkutan Kereta Api Batavia Timur). Ditetapkan sebagai cagar budaya melalui surat keputusan Gubernur DKI Jakarta No. 475 tahun 1993. Dibangun sekitar tahun 1870. Arsitek dibalik pembangunannya adalah Frans Johan Louwrens Ghijsels.  Biar tua bangunan Stasiun Beos masih terlihat kokoh, tapi kereta yang beroperasi sudah jauh berbeda dari masa ketika stasiun ini dibuka. Tidak ada kereta yang meraung “tut tuuut tut tuuut” lagi, tapi ada sejenis kereta api canggih yang pintu keluar masuk penumpangnya, membuka dan menutup secara otomatis pada saatnya.


    Sumber :

    Aku Berangkat Naik Pesawat

  • Senin, 10 September 2012
  • rani nuralam
  • Label: ,

  • 1. Tiket

    SEHARUSNYA, di situ tertulis namamu, di kolom tujuan itu.
    Apa aku harus peduli pada nama kota dan bandar udara?

    Seharusnya, di situ tercantum alasan keberangkatanku:
    Pulang menemui kamu, karena Rindu. "Ulangi kata itu, sepenuh
    yang bisa ditampung di ruang kosong, di kertas tiketku,"
    aku akan berkata begitu, kepada petugas pencatat itu.

    2. Bagasi

    TAK akan kuserahkan ini pada petugas yang serampangan.

    Ranselku ini akan kupeluk saja di sepanjang penerbangan.
    "Ini Rindu yang tak kemas. Rindu yang membuat aku cemas.
    Ada banyak yang tak tertangkap. Ini Rindu yang tak lengkap,"
    aku akan berkata begitu, nanti sesampai aku pada engkau.

    Tak akan kubiarkan apa yang sesak ini tercecer sembarangan.


    3. Ruang Tunggu

    AKU mencemaskan engkau. Bandara di negeri ini tak adil.
    Tak pernah ada ruang tunggu yang baik untuk penjemput.

    Aku mencemaskan aku. Rindu di hati ini juga tak pernah adil.
    Tak pernah ada waktu tunggu cukup, untuk sebentar sabar.


    4. Pintu Darurat

    KENAPA pramugari itu selalu saja, seperti menyuruh cemas?

    Aku sudah sangat tahu di mana dan bagaimana membuka
    empat pintu darurat, memakai jaket keselamatan, memasang
    dan melepas sabuk pengaman. Aku sudah sangat cemas sejak
    membeli tiket yang kusebutkan di bait nomor satu. Tiket yang di
    situ ingin kutulis sendiri namaku, tanggal dan jam penerbangan,
    dan alasan-alasan kenapa engkau sebegitu parah kurindukan.


    hasan aspahani, 22 Januari 2010
    (c) Copyright 2010 lampu bunga. Blogger template by Bloggermint