Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image

Kebun Binatang Jakarta, Indonesia

  • Kamis, 22 Maret 2012
  • rani nuralam
  • Label: ,
  • JI. Harsono RM No. 1, Ragunan, Jakarta 12550.
    Telepon (021) 780 6975, 789 0615
                                                 Jam Buka   : Senin-Minggu 07.00 - 17.00 WIB
                                                 Harga tiket  : Rp 4.000/dewasa, Rp 3.000/anak kecil 3 tahun ke atas
                                                 Asuransi     : Rp.500/orang




    Menurut Sejarah
    Taman Margasatwa Ragunan semula didirikan tahun 1864 di Cikini, Jakarta Pusat dengan nama Planten En Dierentuin. Saat itu Planten En Dierentuin dikelola Perhimpunan Penyayang Flora dan Fauna Batavia yang tergabung dalam Culturule Vereniging Planten en Dierentuin at Batavia.

    Keberadaan kebun binatang di kawasan Cikini ini tak lepas dari peran Raden Saleh, pelukis terkenal Indonesia. Seniman yang karyanya banyak dipuji seniman Eropa ini, menghibahkan tanah miliknya seluas 10 hektare sebagai tempat berdirinya kebun binatang pertama di Indonesia tersebut. Nama Planten En Dierentuin kemudian berubah jadi Kebun Binatang Cikini pada 1949.


    Sejak 1966 pindah ke Pasar Minggu, Jakarta Selatan, tepatnya pada tanggal 22 Juni 1966 Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin meresmikan tempat tersebut dengan nama Taman Margasatwa Ragunan. Meskipun namanya sempat berubah jadi Kebun Binatang Ragunan, tetapi akhirnya kembali menjadi Taman Margasatwa Ragunan.

    Tempat rekreasi keluarga seluas 147 ha ini dihuni lebih dari 3.000 ekor satwa. Dengan areal dan jumlah satwa yang begitu luas dan banyak, maka di sana disediakan jasa penyewaan sepeda dan kereta gandeng agar pengunjung relatif mudah menjangkau dan melihat satwa Ragunan. Untuk kereta gandeng dikenakan tarif Rp5.000,00 sekali keliling, berlangsung sekitar 15 menit.


    Harga Sewa Sepeda Per Jam
    Adapun jasa penyewaan sepeda bertempat di dekat Pintu Masuk/Keluar Utara. Bila hendak menyewa pengunjung dikenakan tarif :
    MTB 26"                   Dewasa   Rp10.000,00
    MTB Tandem 26"     Dewasa   Rp15.000,00
    MTB 24"                   Anak       Rp  7.500,00
    MTB Tandem 20"     Anak       Rp10.000,00
    MTB 20"                   Anak       Rp  7.500,00


    Pusat Primata Schmutzer
    Dari http://www.jalanjalanyuk.com/kebun-binatang-ragunan-wisata-sambil-belajar/ terperi salah satu kelebihan kebun binatang yang berada di Jakarta, Indonesia ini adalah salah satu tempat pelestarian primata terbesar di dunia. Adalah Pauline Antoinette Schmutzer-versteegh yang merintis dibangunnya fasilitas di Kebun Binatang Ragunan ini. Schmutzer menghibahkan uang yang dimilikinya untuk dimanfaatkan membangun sebuah area penangkaran bagi berbagai jenis primata. Ia berharap hibah yang diberikannya ini dapat membantu masyarakat Indonesia agar lebih menghargai dan peduli pada kelestarian satwa liarnya.

    Pusat Primata yang berdiri di kawasan TMR ini bisa dikatakan sebuah hadiah tak ternilai Pusat Primata yang diresmikan 10 Agustus 2002 ini luasnya yang mencapai 13 hektare, dan diakui sebagai yang terbesar di dunia. Kehidupan primata di Schmutzer ini dibuat seperti sesungguhnya kehidupan mereka di alam bebas. Para binatang ini dibiarkan hidup bebas tanpa kandang atau disebut dengan enklosur.

    Pusat Primata Schmutzer ini buka jam 09.00-16.00, dengan tiket masuk (3 tahun ke atas) Rp5.000 per orang.

    Yuk!
    Sehari melancong ke TMR dirasa tidak cukup. Masih banyak satwa langka lainnya dan ada pula sajian atraksi hewan. Banyak keluarga berpiknik di tempat itu karena tempatnya teduh, asri dan bersih jadi mesti berkali – kali mengunjungi tempat wisata yang satu ini! Asyik kok!

    Pidato Seorang Demonstran

  • Kamis, 15 Maret 2012
  • rani nuralam
  • Label: ,
  • Mereka telah tembak teman kita
    Ketika mendobrak sekretariat negara
    Sekarang jelas bagi saudara
    Bagaimana kebenaran hukum Indonesia

    Ketika kesukaran tambah menjadi
    Para menteri sibuk ke luar negeri
    Tapi korupsi makin merajalela
    Sebab percaya keadaan berubah
    Rakyat diam saja.

    Ketika produksi negara kosong
    Para pemimpin asyik ngomong
    Tapi harga-harga terus menanjak
    Sebab percaya diatasi dengan mufakat
    Rakyat masih diam saja

    Di masa gestok rakyat dibunuh
    Para menteri saling menuduh
    Kaum penjilat mulai beraksi
    Maka fitnah makin berjangkit
    Toh rakyat masih terus diam saja.

    Mereka diupah oleh orang tua kita
    Tapi tak tahu cara terima kasih, bahkan memfitnah:
    Kita dituduh mendongkel wibawa kepala negara
    Apakah kita terus diam saja?

    Mansur Samin, 1966

    rumah adalah di hati orang yang dicinta

  • Kamis, 08 Maret 2012
  • rani nuralam
  • Label: ,
  • Tempat  tinggal kami menyempil di antara rumah – rumah di sebuah kota kecil yang padat dan ramai di Kelurahan Aren Jaya, Kota Bekasi.  Dalam 24 jam, aktivitas kota ini tak pernah mati. Bila malam sudah tiba, kesibukan memang meredup, tapi selalu ada yang masih bekerja atau baru mulai beraktivitas.

    Di lingkungan kami, pak RT dan pak RW kerap beredar. Pak RT kami rajin mengurusi warga. Waktunya terbilang banyak karena beliau sudah pensiun dari kantornya.

    Selama 30 tahunan perumahan ini berdiri sudah ada empat orang yang silih berganti menduduki posisi ketua RW. Tiga di antaranya masih eksis. Persamaan mereka adalah senyum. Baik yang masih menjabat atau pun yang sudah lengser tetap bermurah hati bagi – bagi senyum buat warga. Ketua RW periode ini adalah seorang kepala sekolah, guru bahasa Indonesia. Enaknya di bawah kepemimpinan beliau, urusan warga dibantu dan dimudahkan. Ketua RW kami sebelumnya juga seorang guru dan pegang mata pelajaran PAI (Pendidikan Agama Islam) di sebuah SD. Ciri khasnya sebagai ustad adalah wajahnya yang senantiasa bercahaya. Lain halnya mantan ketua RW yang paling lama menjabat, dari dulu beliau doyannya nongkrong bareng warga di pangkalan ojeg atau gazebo lapangan RT. Biar suka senyum, tapi beliau itu galaknya nggak kira – kira. Ketika seorang oknum kel****an kedapatan mengutip iuran ilegal dari pedagang di sepanjang jalan utama RW, beliau tak ragu – ragu menghardik, menegur, dan melarang keras si oknum beroperasi. Tapi mungkin begitulah bawaan pangkat: kolonel, jadi sudah biasa tegas.

    Setiap Selasa petang ada Pasar Malam di RW sebelah. Kami menyebutnya “PM”. Dulu kiraku di sana cuma permainan anak seperti komidi putar, rumah setan, kereta – keretaan, dll., tapi ternyata salah. Di sana itu adanya tak lebih dari jejeran tenda – tenda pedagang baju dan mainan, serta makanan. Anak – anak suka sekali kalau waktu itu tiba, ibu – ibu juga sangat menikmati, soalnya harga di sana murmer.

    Bila hujan deras turun lama, beberapa titik di wilayah ini terendam air. Yang senang dengan keadaan ini ya cuma anak – anak. Mereka bisa nyerok ikan cere atau syukur – syukur dapat ikan lele di got yang airnya meninggi. Sementara buat orang dewasa, terutama ibu – ibu, sudah harus menyiapkan stamina buat ngosek lantai seluruh rumah. Pernah yang berasnya mengalami kecelakaan terendam banjir terpaksa langsung menepungnya untuk dijadikan nagasari lalu dibagi ke tetangga - tetangga kanan - kiri. Dulu kami bisa heboh dua kali kalau musibah kami itu diliput MetroTv. Jangan tanya deh, betapa noraknya! Padahal wajah kami nongol di tipi juga enggak. …

    Jalanan kami hidup, dan rumah – rumah di tepi jalanan utama tumbuh pesat sebagai toko atau tempat usaha lainnya. Polusi tidak terelakkan. Bila naik becak harus siap – siap disembur asap knalpot motor atau mobil. Bila bersepeda pilih waktu sehabis Subuh. Memang masih gelap, tapi jalanan lengang tanpa pengendara gila yang kesenangan dengan jalanan sepi dan udara sejuk segar. Bila pagi sudah merekah di pinggir jalan penjaja sarapan macam nasi uduk, nasi kuning, nasi ulam, lontong sayur, bubur ayam meruak. Yang menggiurkan dan yang nggak menggiurkan juga tersedia.

    Bertemu lurah sendiri sepertinya lebih susah ketimbang bertemu gubernur Jawa Barat. Bagi orang awam keberadaan pak lurah cuma bisa diketahui lewat tanda tangan di surat keterangan yang dikeluarkan kelurahan. Kalau bukan pengurus RT/RW atau kader PKK atau sejenisnya kami sulit bertatap muka dengan pak lurah. Akan tetapi, pada perayaan HUT Kota Bekasi tanggal 4 Maret 2012 lalu, setidaknya sebagian warga Bekasi bisa melihat sosok gubernur kami. Wajahnya yang kerap muncul di media massa kini bisa langsung dilihat . Gubernur Ahmad Heryawan muncul di panggung dan ikut bersepeda dengan para peserta funbike.

    Last but not least! Jangan pernah termakan janji – janji tukang jahit di kawasan ini! Sehelai kain yang dijanjikan akan jadi sebuah gaun tidak akan selesai pada tanggal yang sudah diperkirakan si tukang jahit itu sendiri; bahkan ketika cuma permak celana jeans karena bisa jadi  meleset terus. Mau berlatih kesabaran ya hadapi dulu tukang jahit di sini! :P

    Inilah tempatku tinggal. Yang menyenangkan maupun yang menyedihkan datang silih berganti. Tapi kebahagiaan itu ada dekat sekali. Tidak perlu jauh – jauh. Mereka sudah ada di sini. Karena rumah adalah di hati orang yang dicinta, di kota ini.  Selamat Ulang Tahun Kotaku, Kota  Bekasi, 10 Maret 2012.
    (c) Copyright 2010 lampu bunga. Blogger template by Bloggermint