Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image

My King

  • Senin, 14 Juli 2014
  • rani nuralam
  • Label: ,


  • Emas belum tentu gemerlap,
         Tak semua pengembara tersesat;

    Yang tua tapi kokoh akan bertahan tetap,
         Akar yang tertanam dalam akan bertahan kuat.

    Dari abu akan menyala api,
         Dari bayangan akan muncul cahaya;

    Mata pisau yang patah akan diperbarui:
         Yang tidak bermahkota ‘kan kembali menjadi raja.



    J.R.R Tolkien, 2002, “Fellowship of the Ring,” Terj.

    SAJAK MATA-MATA

  • Senin, 07 Juli 2014
  • rani nuralam
  • Label: ,


  • Ada suara bising di bawah tanah.
    Ada suara gaduh di atas tanah.
    Ada ucapan-ucapan kacau di antara rumah-rumah.
    Ada tangis tak menentu di tengah sawah.
    Dan, lho, ini di belakang saya
    ada tentara marah-marah.
    Apaa saja yang terjadi ? Aku tak tahu.
    Aku melihat kilatan-kilatan api berkobar.
    Aku melihat isyarat-isyarat.
    Semua tidak jelas maknanya.
    Raut wajah yang sengsara, tak bisa bicara,
    mengganggu pemandanganku.
    Apa saja yang terjadi ? Aku tak tahu.
    Pendengaran dan penglihatan
    menyesakkan perasaan,
    membuat keresahan –
    Ini terjadi karena apa-apa yang terjadi
    terjadi tanpa kutahu telah terjadi.
    Aku tak tahu. Kamu tak tahu.
    Tak ada yang tahu.
    Betapa kita akan tahu,
    kalau koran-koran ditekan sensor,
    dan mimbar-mimbar yang bebas telah dikontrol.
    Koran-koran adalah penerusan mata kita.
    Kini sudah diganti mata yang resmi.
    Kita tidak lagi melihat kenyataan yang beragam.
    Kita hanya diberi gambaran model keadaan
    yang sudah dijahit oleh penjahit resmi.
    Mata rakyat sudah dicabut.
    Rakyat meraba-raba di dalam kasak-kusuk.
    Mata pemerintah juga diancam bencana.
    Mata pemerintah memakai kacamata hitam.
    Terasing di belakang meja kekuasaan.
    Mata pemerintah yang sejati
    sudah diganti mata-mata.
    Barisan mata-mata mahal biayanya.
    Banyak makannya.
    Sukar diaturnya.
    Sedangkan laporannya
    mirip pandangan mata kuda kereta
    yang dibatasi tudung mata.
    Dalam pandangan yang kabur,
    semua orang marah-marah.
    Rakyat marah, pemerintah marah,
    semua marah lantaran tidak punya mata.
    Semua mata sudah disabotir.
    Mata yang bebas beredar hanyalah mata-mata.

    Rendra
    Bandung, 28 Januari 1978
    Potret Pembangunan dalam Puisi
    (c) Copyright 2010 lampu bunga. Blogger template by Bloggermint