Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image

Taman Prasasti

  • Senin, 23 Maret 2015
  • rani nuralam
  • Label: ,


  • Jakarta yang pernah disebut Batavia menyimpan sejarah kolonial Belanda. Peninggalan dari masa lalu itu tersebar di berbagai pelosok. Beberapa di antaranya sudah menjadi bagian dari cagar budaya. Sebut saja Museum Fatahilah, Museum Bank Mandiri, Museum Bank Indonesia, Museum Wayang, Stasiun Beos, dan Taman Prasasti. 

    Beberapa museum itu sudah pernah diulas di sini. Kini giliran Museum Taman Prasasti. Pada tahun 1977 Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin meresmikan sebuah makam bernama Kebon Jahe Kober menjadi Museum Taman Prasasti.  Lokasinya di Jalan Tanah Abang No. 1, Jakarta Pusat. Luasnya 1,2 ha. Tidak sebagaimana umumnya museum, maka museum ini merupakan museum terbuka yang menampilkan karya seni dari masa lampau. Di sana kita akan lihat nisan – nisan kuno dan artistik, termasuk kereta jenazah kuno.

    Makam Kebon Jahe Kober sendiri telah ada sejak masa kolonial Belanda, tepatnya tahun 1795. Ketika itu terjadi suatu wabah yang membuat banyak warga belanda di Batavia meninggal. Hal ini membuat kebutuhan lahan penguburan meningkat signifikan. Kebetulan saat itu kuburan warga Belanda di samping Gereja Baru (Nieuwe Hollandse Kerk, sekarang Museum Wayang) dianggap sudah terlalu padat.

    Hal ini membuat pemerintah Batavia mengadakan lahan pemakaman baru di wilayah Selatan Batavia, yang posisinya agak jauh keluar kota dan jauh dari kepadatan penduduk kala itu. Karena itulah, makam yang sekarang beralamat di Jalan Tanah Abang no. 1 ini akhirnya diresmikan.

    Dari segi tata kota, posisi Makam Kebon Jahe Kober amat strategis karena berada di tepi kali Krukut. Hal ini membuat lalu lintas pengangkutan jenazah beserta keluarga umumnya melalui kali Krukut.

    Uniknya bentuk artistik bangunan nisan kuno tersebut menginspirasi para seniman masa kini berkarya. Misalnya, pembuat video klip. Beberapa tahun yang lalu Marcell mengambil latar Taman Prasasti untuk pembuatan salah satu video klipnya. Lalu, demikian pula syuting video klip Ungu yang berjudul "Demi Waktu" dilakukan di sini. Selain itu, para fotografer, mengesyut model – model cantik yang pasang aksi di atas nisan (?). 

    Di museum ini dihimpun berbagai prasasti dari zaman Belanda dan sebelumnya serta makam beberapa tokoh Belanda, Inggris dan Indonesia atau Hindia Belanda seperti: 
    • A.V. Michiels (tokoh militer Belanda pada perang Buleleng)
    • Dr. H.F. Roll(Pendiri STOVIA atau Sekolah Kedokteran pada zaman pendudukan Belanda)
    • J.H.R. Kohler(tokoh militer Belanda pada Perang Aceh)
    • Olivia Marianne Raffles (istri Thomas Stamford Raffles, mantan Gubernur Hindia Belanda dan Singapura)
    • Kapitan Jas, makamnya diyakini sebagian orang dapat memberikan kesuburan, keselamatan, kemakmuran dan kebahagiaan.
    • Miss Riboet tokoh opera pada tahun 1930-an
    • Soe Hok Gie aktivis pergerakan mahasiswa pada tahun 1960-an. Nisannya berbentuk kotak kecil dengan patung malaikat di atasnya. Tidak mencolok dibandingkan dengan nisan-nisan lainnya.(Q)







    Jembatan

  • Senin, 09 Maret 2015
  • rani nuralam
  • Label: ,



  • Jembatan itu berdiri di atas kali kecil yang tak deras airnya. Apabila musim kemarau cenderung hitam dan berbau tidak sedap. Cuma satu jembatan di kelurahan kami dan berada di jalan utama. Dari sisi sebelah Timur, posisinya tepat berada di antara kantor pos dan warnet yang pernah menyelenggarakan “kejuaraan” game online (?)

    Sekarang keadaannya berbeda. Saya ngeri melintas jembatan itu.  Waktu berangkat atau pulang saya akan pilih via jembatan lain. Lebar jembatan lain memang lebih sempit. Bila pengendara motor atau sepeda melewati tempat itu maka mereka harus bergantian. Tetapi, karena lalu lintasnya lebih  sepi, perjalanan jauh lebih lancar.  

    Penyebabnya, kondisi jembatan itu amblas tepat di bagian tengah dan pagar trotoarnya mulai ringsek. Sekarang bagian tengah itu berubah jadi sebuah onggokan taman baru. Pot – pot tanaman, potongan belukar  dan pagar – pagar kayu ala kadarnya ditaruh begitu saja untuk menyamarkan lubang jembatan yang semakin melebar.  

    Walaupun masih bisa dilalui, namun perjalanan tersendat – sendat, termasuk buat orang yang lalu lalang. Trotoar yang seharusnya menjadi hak para pejalan kaki malah dirampas oleh pengguna kendaraan bermotor.  Pemilik mobil menggunakan sebelah rodanya naik ke trotoar.  Oleh karena itu, kini tak ada batas antara trotoar dan jalan jembatan.  

    Padahal, sekitar sepuluh hari yang lalu pada hari kedua setelah saya lihat lubang kecil di jembatan itu muncul orang – orang berseragam hansip mengatur lalu lintas. Tentu saja saya bukan alang kepalang girang melihat bapak – bapak itu. Sudah ada plang pemberitahuan pula bahwa jembatan rusak.  Saya pikir pertolongan sudah turun. Nyatanya, itu satu hari saja . Sementara kelanjutannya,  bagai jamur di musim hujan beberapa polisi cepek seketika melaksanakan tugasnya. Tugas sebagaimana yang mesti mereka lakukan : mengutip uang dari pemakai jalan yang melintas.

    Tanggal 10 Maret 2015 adalah ulang tahun kota Bekasi. Perayaan juga penting untuk menunjukkan hasil karya dan pencapaian pembangunan.  Bahkan sekolah saya sibuk mempersiapkan kolaborasi musik untuk menyemarakkan acara perayaan itu,dan kehadiran kami nanti atas permintaan bapak lurah. Tetapi saya berharap para pemimpin tidak mengulur – ngulur masalah.  Saya sanksi petinggi – petinggi di kelurahan ini tidak melihat kerusakan yang ada depan mata. Jarak antara Kelurahan Aren Jaya dengan TKP berkisar 200 meteran. Perayaan dan perbaikan jembatan sepatutnya diselaraskan pengerjaannya. Saya sangat mendambakan perbaikan jembatan secepatnya supaya semua pihak bisa cepat sampai ke tempat tujuan.      (Q)

    Cintaku Jauh Di Pulau

  • Senin, 02 Maret 2015
  • rani nuralam
  • Label: ,



  • Cintaku jauh di pulau,
    gadis manis, sekarang iseng sendiri
    Perahu melancar, bulan memancar,
    di leher kukalungkan ole-ole buat si pacar.
    angin membantu, laut terang, tapi terasa
    aku tidak 'kan sampai padanya.
    Di air yang tenang, di angin mendayu,
    di perasaan penghabisan segala melaju
    Ajal bertakhta, sambil berkata:
    "Tujukan perahu ke pangkuanku saja,"
    Amboi! Jalan sudah bertahun ku tempuh!
    Perahu yang bersama 'kan merapuh!
    Mengapa Ajal memanggil dulu
    Sebelum sempat berpeluk dengan cintaku?!
    Manisku jauh di pulau,
    kalau 'ku mati, dia mati iseng sendiri.






    Anwar, Chairil. 1983. Deru Campur Debu. Jakarta: PT Dian Rakyat.
    (c) Copyright 2010 lampu bunga. Blogger template by Bloggermint