Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image

9 Rubaiyat Langit dan Hujan

  • Senin, 11 Juni 2018
  • rani nuralam
  • Label: ,
  • Oleh Lan Fang


    (1)
    kau sedikit sekali kusimpan dalam kenangan.
    apakah cinta harus memiliki banyak ingatan?
    bukankah sebongkah awan
    sudah cukup mencucurkan hujan?


    (2)
    kita bersisian tak memberi sela untuk udara.
    “aku rindu jadi sengaja mimpi kuciptakan.
    kita di sana. tapi bila kau sendirian saja
    lihatlah, rintik hujan masih bertahan.”


    (3)
    rindu hujan tak terlihat di mana dasarnya,
    langit: “bila terlalu dalam nanti kau menangis,”
    diam-diam hujan menghimpun desis gerimis
    yang bergelayutan di ujung harum hio sua.


    (4)
    “tidakkah kau mencintaiku?” hujan
    tak berharap langit mengiyakan.
    hujan hanya ingin mencium pelupuknya
    ketika dipandang begitu mesra.


    (5)
    aku ingin memujamu seperti hujan.
    menurutmu, “jangan”
    hujan adalah tangis langit.
    tetap basah ketika kemarau yang sulit.


    (6)
    apakah yang paling penting bila hujan reda?
    sorak kanak-kanak bermain bola dan sepeda.
    tidak. pergilah ke pekarangan dan tengok saja
    hatiku dibasahi cinta. warnanya seperti apa?


    (7)
    aku tak menyukai langit karena bulan begitu jauh.
    aku mencintai bintang-bintang di mata yang teduh.
    “bagaimana kita menyeimbangkannya? aku bukan langit,”
    begitulah, bisikmu, “aku kabut di kaki bukit.”


    (8)
    tiba-tiba gelombang hujan mendesing.
    kata dan suara memburu ledakan cahaya.
    burung kecil berlomba dengan pesawat udara.
    aneh…, mereka sama sekali tidak bising.


    (9)
    “aku tulis 9 rubaiyat untukmu.” hampir usai,
    tetapi langit belum terang sehabis hujan.
    jika begitu langitkah? hujankah? oh, bukan.
    jangan sembilan! ini rubaiyat yang tak selesai.
    (c) Copyright 2010 lampu bunga. Blogger template by Bloggermint