Sabit Merah
Dua pasang mata dalam gelap, membunuh hati dan rasa
- Kini hanya sebagian dari kita yang masih ada, tidak lagi bulat.
itu keindahan seperti sabit di malam hitam
- Ya .. alam kita hitam
Bukan, alam kita terang, merah menerawang
- Ya .. sabit kita merah, karena hadir di darah – darah kita
Paginya dua mayat tidur dengan mata terbuka
orang – orang lalu lalang di depannya
anak – anak tertawa sambil melompat – lompat di atas perut meraka.
Seorang imam hanya menitiskan setetes air mata, Kemudian lalu
dari tubuh yang sia – sia, karena mati oleh rasa yang terbunuh bukan
lagi drama yang bisa menarik rasa.
Malam kedua setelah mayat berbau busuk
lewat seorang penyair, menarik darah-darah mereka yang telah membeku
di langit … bulan tidak lagi bulat
Haidar Faisal, 1988
Langganan:
Postingan (Atom)
Langganan:
Postingan (Atom)
:)
Daftar Isi 2019
Arsip
-
►
2011
(26)
- Mei (3)
- Juni (4)
- Juli (4)
- Agustus (2)
- September (4)
- Oktober (3)
- November (3)
- Desember (3)
-
▼
2012
(32)
- Januari (2)
- Februari (3)
- Maret (3)
- April (2)
- Mei (3)
- Juni (4)
- Juli (3)
- Agustus (2)
- September (3)
- Oktober (3)
- November (1)
- Desember (3)
-
►
2013
(28)
- Januari (2)
- Februari (3)
- Maret (3)
- April (3)
- Mei (2)
- Juni (3)
- Juli (1)
- Agustus (2)
- September (1)
- Oktober (3)
- November (3)
- Desember (2)
-
►
2014
(23)
- Januari (2)
- Februari (1)
- Maret (2)
- April (2)
- Mei (3)
- Juni (2)
- Juli (2)
- Agustus (3)
- September (2)
- Oktober (2)
- November (1)
- Desember (1)
-
►
2015
(26)
- Januari (2)
- Februari (3)
- Maret (3)
- April (3)
- Mei (3)
- Juni (2)
- Juli (1)
- Agustus (1)
- September (1)
- Oktober (2)
- November (3)
- Desember (2)
-
►
2016
(14)
- Januari (2)
- Februari (1)
- Maret (1)
- April (1)
- Mei (1)
- Juni (1)
- Juli (1)
- Agustus (1)
- September (2)
- Oktober (1)
- November (1)
- Desember (1)