Tempat tinggal kami menyempil di antara rumah – rumah di sebuah kota kecil yang padat dan ramai di Kelurahan Aren Jaya, Kota Bekasi. Dalam 24 jam, aktivitas kota ini tak pernah mati. Bila malam sudah tiba, kesibukan memang meredup, tapi selalu ada yang masih bekerja atau baru mulai beraktivitas.
Di lingkungan kami, pak RT dan pak RW kerap beredar. Pak RT kami rajin mengurusi warga. Waktunya terbilang banyak karena beliau sudah pensiun dari kantornya.
Selama 30 tahunan perumahan ini berdiri sudah ada empat orang yang silih berganti menduduki posisi ketua RW. Tiga di antaranya masih eksis. Persamaan mereka adalah senyum. Baik yang masih menjabat atau pun yang sudah lengser tetap bermurah hati bagi – bagi senyum buat warga. Ketua RW periode ini adalah seorang kepala sekolah, guru bahasa Indonesia. Enaknya di bawah kepemimpinan beliau, urusan warga dibantu dan dimudahkan. Ketua RW kami sebelumnya juga seorang guru dan pegang mata pelajaran PAI (Pendidikan Agama Islam) di sebuah SD. Ciri khasnya sebagai ustad adalah wajahnya yang senantiasa bercahaya. Lain halnya mantan ketua RW yang paling lama menjabat, dari dulu beliau doyannya nongkrong bareng warga di pangkalan ojeg atau gazebo lapangan RT. Biar suka senyum, tapi beliau itu galaknya nggak kira – kira. Ketika seorang oknum kel****an kedapatan mengutip iuran ilegal dari pedagang di sepanjang jalan utama RW, beliau tak ragu – ragu menghardik, menegur, dan melarang keras si oknum beroperasi. Tapi mungkin begitulah bawaan pangkat: kolonel, jadi sudah biasa tegas.
Setiap Selasa petang ada Pasar Malam di RW sebelah. Kami menyebutnya “PM”. Dulu kiraku di sana cuma permainan anak seperti komidi putar, rumah setan, kereta – keretaan, dll., tapi ternyata salah. Di sana itu adanya tak lebih dari jejeran tenda – tenda pedagang baju dan mainan, serta makanan. Anak – anak suka sekali kalau waktu itu tiba, ibu – ibu juga sangat menikmati, soalnya harga di sana murmer.
Bila hujan deras turun lama, beberapa titik di wilayah ini terendam air. Yang senang dengan keadaan ini ya cuma anak – anak. Mereka bisa nyerok ikan cere atau syukur – syukur dapat ikan lele di got yang airnya meninggi. Sementara buat orang dewasa, terutama ibu – ibu, sudah harus menyiapkan stamina buat ngosek lantai seluruh rumah. Pernah yang berasnya mengalami kecelakaan terendam banjir terpaksa langsung menepungnya untuk dijadikan nagasari lalu dibagi ke tetangga - tetangga kanan - kiri. Dulu kami bisa heboh dua kali kalau musibah kami itu diliput MetroTv. Jangan tanya deh, betapa noraknya! Padahal wajah kami nongol di tipi juga enggak. …
Jalanan kami hidup, dan rumah – rumah di tepi jalanan utama tumbuh pesat sebagai toko atau tempat usaha lainnya. Polusi tidak terelakkan. Bila naik becak harus siap – siap disembur asap knalpot motor atau mobil. Bila bersepeda pilih waktu sehabis Subuh. Memang masih gelap, tapi jalanan lengang tanpa pengendara gila yang kesenangan dengan jalanan sepi dan udara sejuk segar. Bila pagi sudah merekah di pinggir jalan penjaja sarapan macam nasi uduk, nasi kuning, nasi ulam, lontong sayur, bubur ayam meruak. Yang menggiurkan dan yang nggak menggiurkan juga tersedia.
Bertemu lurah sendiri sepertinya lebih susah ketimbang bertemu gubernur Jawa Barat. Bagi orang awam keberadaan pak lurah cuma bisa diketahui lewat tanda tangan di surat keterangan yang dikeluarkan kelurahan. Kalau bukan pengurus RT/RW atau kader PKK atau sejenisnya kami sulit bertatap muka dengan pak lurah. Akan tetapi, pada perayaan HUT Kota Bekasi tanggal 4 Maret 2012 lalu, setidaknya sebagian warga Bekasi bisa melihat sosok gubernur kami. Wajahnya yang kerap muncul di media massa kini bisa langsung dilihat . Gubernur Ahmad Heryawan muncul di panggung dan ikut bersepeda dengan para peserta funbike.
Last but not least! Jangan pernah termakan janji – janji tukang jahit di kawasan ini! Sehelai kain yang dijanjikan akan jadi sebuah gaun tidak akan selesai pada tanggal yang sudah diperkirakan si tukang jahit itu sendiri; bahkan ketika cuma permak celana jeans karena bisa jadi meleset terus. Mau berlatih kesabaran ya hadapi dulu tukang jahit di sini! :P
Inilah tempatku tinggal. Yang menyenangkan maupun yang menyedihkan datang silih berganti. Tapi kebahagiaan itu ada dekat sekali. Tidak perlu jauh – jauh. Mereka sudah ada di sini. Karena rumah adalah di hati orang yang dicinta, di kota ini. Selamat Ulang Tahun Kotaku, Kota Bekasi, 10 Maret 2012.
:)
Daftar Isi 2019
Arsip
-
►
2011
(26)
- Mei (3)
- Juni (4)
- Juli (4)
- Agustus (2)
- September (4)
- Oktober (3)
- November (3)
- Desember (3)
-
▼
2012
(32)
- Januari (2)
- Februari (3)
- Maret (3)
- April (2)
- Mei (3)
- Juni (4)
- Juli (3)
- Agustus (2)
- September (3)
- Oktober (3)
- November (1)
- Desember (3)
-
►
2013
(28)
- Januari (2)
- Februari (3)
- Maret (3)
- April (3)
- Mei (2)
- Juni (3)
- Juli (1)
- Agustus (2)
- September (1)
- Oktober (3)
- November (3)
- Desember (2)
-
►
2014
(23)
- Januari (2)
- Februari (1)
- Maret (2)
- April (2)
- Mei (3)
- Juni (2)
- Juli (2)
- Agustus (3)
- September (2)
- Oktober (2)
- November (1)
- Desember (1)
-
►
2015
(26)
- Januari (2)
- Februari (3)
- Maret (3)
- April (3)
- Mei (3)
- Juni (2)
- Juli (1)
- Agustus (1)
- September (1)
- Oktober (2)
- November (3)
- Desember (2)
-
►
2016
(14)
- Januari (2)
- Februari (1)
- Maret (1)
- April (1)
- Mei (1)
- Juni (1)
- Juli (1)
- Agustus (1)
- September (2)
- Oktober (1)
- November (1)
- Desember (1)