|
Koleksi Museum Wayang |
Dari Bekasi menuju Jakarta Kota. Jalan – jalan ke salah satu cagar budaya Kota Tua di Jakarta Pusat. Tiba di Stasiun Jakarta Kota kita sudah disuguhkan sisa peninggalan klasik Belanda, yakni stasiun kereta api yang memiliki 12 jalur rel dan masih berfungsi baik sampai saat ini. Lalu, menapak keluar stasiun akan didapati bangunan kuno yang tak kalah uniknya. Berikut ini adalah beberapa tempat yang terdaftar sebagai cagar budaya yang berada dalam satu kompleks, dan antartempat bisa ditempuh dengan berjalan kaki saja. Persiapkan topi, mungkin payung, botol minuman, buku kecil dan pena, dan tentu saja jangan lupa membawa kamera untuk merekam momen di sana.
Waktu Berkunjung
Selasa - Minggu : 09.00 - 16.00 WIB
Senin & Hari Libur National Tutup
Harga Tanda Masuk
Gratis, tanpa dipungut biaya untuk pelajar, mahasiswa, dan nasabah Bank Mandiri.
Gedung Museum Bank Mandiri (ex-Nederlandsche Handel-Maatschappij (NHM)) dirancang oleh 3 orang arsitek belanda yaitu J.J.J de Bruyn, A.P. Smits, dan C. van de Linde. Gedung ini mulai dibangun tahun 1929 dan pada tanggal 14 Januari 1933 dibuka secara resmi oleh C.J Karel Van Aalst, Presiden NHM ke-10. Gedung ex-NHM ini tampak kokoh dan megah dengan arsitektur Niew Zakelijk atau Art Deco Klasik
Waktu Berkunjung
Selasa - Jumat : 08.00 - 15.30 WIB
Sabtu - Minggu : 08.00 - 16.00 WIB
Senin & Hari Libur National Tutup
Harga Tanda Masuk
Gratis, tanpa dipungut biaya
Museum Bank Indonesia adalah sebuah museum di Jakarta, Indonesia yang terletak di Jl. Pintu Besar Utara No.3, Jakarta Barat (depan stasiun Beos Kota), dengan menempati area bekas gedung Bank Indonesia Kota yang merupakan cagar budaya peninggalan De Javasche Bank yang beraliran neoklasikal, dipadu dengan pengaruh lokal, dan dibangun pertama kali pada tahun 1828.
Museum Wayang
|
Salah satu sudut di Kota Tua |
Waktu Berkunjung
Selasa – Minggu : 09.00 – 15.00
Senin & Hari Libur National Tutup
Harga Tanda Masuk
Dewasa Rp. 2000
Mahasiswa Rp. 1000
Pelajar/Anak Rp. 600
Rombongan Dewasa Rp. 1500
Rombongan Mahasiswa Rp. 750
Rombongan Pelajar/Anak Rp. 500
Gedung
yang tampak unik dan menarik ini telah beberapa kali mengalami
perombakan. Pada awalnya bangunan ini bernama De Oude Hollandsche Kerk
("Gereja Lama Belanda") dan dibangun pertamakali pada tahun 1640. Tahun
1732 diperbaiki dan berganti nama De Nieuwe Hollandse Kerk (Gereja Baru
Belanda) hingga tahun 1808 akibat hancur oleh gempa bumi pada tahun yang
sama. Di atas tanah bekas reruntuhan inilah dibangun gedung museum
wayang dan diresmikan pemakaiannya sebagai museum pada 13 Agusus 1975.
Meskipun telah dipugar beberapa bagian gereja lama dan baru masih tampak
terlihat dalam bangunan ini.
Museum Sejarah Jakarta
|
Ruang bawah tanah |
Waktu Berkunjung
Selasa – Kamis : 09.00-15.00
Jumat : 09.00-14.30
Sabtu : 09.00-12.30
Minggu : 09.00-15.00
Senin & Hari Libur National Tutup
Harga Tanda Masuk
Mahasiswa Rp 1000
WNA (Anak) Rp 600
WNA (Dewasa) Rp 2000
WNI (Anak) Rp 600
WNI (Dewasa) Rp 2000
Gedung ini dulu adalah sebuah Balai Kota (bahasa Belanda :
Stadhuis) yang dibangun pada tahun 1707-1710 atas perintah Gubernur Jendral Johan van Hoorn. Bangunan itu menyerupai Istana Dam di Amsterdam, terdiri atas bangunan utama dengan dua sayap di bagian timur dan barat serta bangunan sanding yang digunakan sebagai kantor, ruang pengadilan, dan ruang-ruang bawah tanah yang dipakai sebagai penjara. Pada tanggal 30 Maret 1974, gedung ini diresmikan sebagai Museum Fatahillah.
Kereta Api
|
Stasiun Beos 2012 |
Kembali pulang. Dari Stasiun Kereta Api Jakarta Kota menggunakan
commuter line. Jauh – dekat, Jakarta Kota - Bekasi, enam ribu lima ratus perak. Stasiun tua yang juga dikenal dengan nama Beos ini memiliki arsitektur unik. Beos itu singkatan dari
Bataviasche Ooster Spoorweg Maatschapij (Maskapai Angkutan Kereta Api Batavia Timur). Ditetapkan sebagai cagar budaya melalui surat keputusan Gubernur DKI Jakarta No. 475 tahun 1993. Dibangun sekitar tahun 1870. Arsitek dibalik pembangunannya adalah Frans Johan Louwrens Ghijsels. Biar tua bangunan Stasiun Beos masih terlihat kokoh, tapi kereta yang beroperasi sudah jauh berbeda dari masa ketika stasiun ini dibuka. Tidak ada kereta yang meraung “tut tuuut tut tuuut” lagi, tapi ada sejenis kereta api canggih yang pintu keluar masuk penumpangnya, membuka dan menutup secara otomatis pada saatnya.
Sumber :