Dalam suatu majelis, ibuku mengajukan pertanyaan. “Pernahkah tanpa sengaja kau memikirkan seseorang yang sudah lama tidak ditemui, tapi tiba – tiba orang tersebut muncul atau kau bertemu dengannya atau kau menerima telepon darinya?”
Iya, saya pernah. Tapi itu pertanyaan retoris yang tidak dimaksudkan untuk dijawab seketika. Jadi, saya jawab dalam hati. Padahal .... Ah, betapa saya sangat ingin mengatakan dengan lantang ke seluruh dunia, saya pernah. Dua kali!
Yang pertama, terjadi sekitar dua tahun lalu ketika saya kecewa dengan perlakuan ibu – ibuku terhadap anaknya. Tak ada seorang pun yang dapat saya ajak berbagi kecuali seorang teman. Tapi saya bingung menghubunginya karena nomor telepon selularnya hilang. Dia muncul pada malam harinya, ke kediaman saya, berdiri tegak menghambur ke ruangan sambil senyum – senyum. Dia muncul begitu saja, tanpa mengirim SMS terlebih dahulu untuk memastikan saya ada di tempat seperti biasa. Kemudian, kami saling berbagi.
Kedua, yang belum lama ini terjadi saat benak saya penuh dengan berbagai rasa mengenai kondisi kesehatan bapak yang memburuk dan harus dirawat di rumah sakit. Sedih, prihatin, cemas adalah ekses yang harus saya tanggung. Untuk meringankan beban, pikiran saya terpaut pada seseorang yang tahu persis tentang pengobatan dan sangat ingin saya dengar penjelasannya. Tapi profesinya membuatnya sangat sibuk. Saya sedang menimbang – nimbang waktu yang tepat dan sopan menghubunginya. Dan tiba – tiba di pagi itu ia begitu saja menelepon saya. Saya tak dengar lagi sapaannya karena sudah langsung menyatakan kelegaan saya ditelepon olehnya. Kami bicara banyak meskipun beberapa hal menceloskan hati saya dan membuat saya bingung, tapi di akhir pembicaraan kami, hati saya menjadi hangat, berderai air mata.
Lanjut ibuku, “Itu adalah kuasa Allah yang sedang menghiburmu dan tidak ada yang namanya kebetulan”
Ada perasaan yang membahana di dada saya. Rasanya ajaib menerima pertolongan itu. Saya mungkin menangis, tapi sekaligus senang.
Allah Mahabesar! Yaa Kariim, bilamana telah kau hadirkan mereka dalam hidupku untuk menghiburku, maka kiranya kabulkanlah keinginanku untuk membalas sebagaimana mestinya. Yaa Rabbi, sekarang apa yang harus kulakukan? (Q)
Allah Mahabesar! Yaa Kariim, bilamana telah kau hadirkan mereka dalam hidupku untuk menghiburku, maka kiranya kabulkanlah keinginanku untuk membalas sebagaimana mestinya. Yaa Rabbi, sekarang apa yang harus kulakukan? (Q)