Mungkin karena semalam di blok kami mati lampu makanya seseorang memasang api unggun di tepi jembatan. Maaf, bukan di tepi jembatan, namun di tepi kali hitam. Jembatan kami itu sudah dibongkar dan dalam proses penyelesaian. Tidak ada yang bakar jagung atau pun sekumpulan orang mengelilinginya seperti anak Pramuka sedang bermain api unggun. Jalanan tidak lantas terang benderang karena api itu. Tetapi, bulan sabit di atas kamilah yang bersinar menerangi kami.
Isu menyebutkan bahwa biaya pembuatan jembatan itu hingga sembilan ratus juta rupiah. Pekerjanya terdiri dari lima orang pria. Mereka bekerja delapan jam sehari. Pembuatannya sudah berlangsung selama 3 minggu. Konon, para pekerja itu mulai bekerja jam 10.00 pagi. Istirahat jam 12 siang, selama dua jam. Lalu, mulai lagi pada jam 14. Berakhir pukul 16. Oleh karena itu, sejauh ini bentuk jembatan itu … ya, begitu gitu ajah deh. *Alon – alon asal klakon*
Banyak orang mencak – mencak karena kelambanan pengerjaannya. Omzet penjual di jalan raya blok itu menurun. Lalu lintas dialihkan ke jalan tikus. Orang tua cemas anak – anak mereka harus adu jalan dengan pengendara motor - pengguna roda empat atau lebih tidak bisa melewati jalan alternatif itu. Polisi cepek menjamur. Deruman motor mengganggu kenyamanan istirahat warga sekitar.
Andaikata Bandung Bondowoso hidup dan cerita legenda Candi Sewu dipeluntir 180 derajat, mungkin ia akan berkata, ‘Daulat Ni Mas Roro Jonggrang, kakanda akan mewujudkan keinginanmu’ saat menjawab titah Roro Jonggrang untuk membuat jembatan kami dalam semalam. Hehehe.
Yah, wow, alangkah ajaibnya bila jembatan kami itu seketika terwujud ala Bandung Bondowoso. Bukan semacam kopi instan, mi instan, bubur instan, atau teh celup seperti itu. Bukan tiga menit langsung jadi. Sesuatu yang cepat itu, mudah – mudahan tidak melulu dianggap tindakan instan yang rapuh, merusak kesehatan, dan asal – asalan. Kalau jembatan kami sudah beroperasi lagi niscaya mengembalikan kehidupan banyak orang ke kehidupan normal. Membuat lalu lintas lancar dan memudahkan interaksi antarkecamatan - kabupaten dan antarRT – RW, yah menghubungkan banyak hal yang terputus kembali. (Q)