Kamar Api
Dalam lambaian telapak kaki seorang perempuan yang kau kira adalah usus besarku, sebenarnya masih ada cerita yang tersisa, kamar api membakar semua mimpi.
Abu dan seluruh asap yang tertumpah, dan secangkir dahak hitam pengganti tuak hitam, habis aku bagi-bagikan pada seekor belalang, cicak, dan anjing yang memaksa masuk ke kamar kita, kamar api. Uap, terlukis juga ejaan api.
Kamar api membara
Membara
Kamar
Api
Dan lambaian itu seperti jilatan api. Ada terasa olehku betapa peluh kita akhirnya kering disalai berpuluh – puluh bara yang merekah
Merah …
Sepekat darah …
Menjelma kabut,
Ai … ai … ai.., jangan nak memaksa masuk
Kamar api telah penuh dengan panas api.
Ellyzan Katan, Ranai, 27 Juli 2008
:)
Daftar Isi 2019
Arsip
-
►
2011
(26)
- Mei (3)
- Juni (4)
- Juli (4)
- Agustus (2)
- September (4)
- Oktober (3)
- November (3)
- Desember (3)
-
►
2012
(32)
- Januari (2)
- Februari (3)
- Maret (3)
- April (2)
- Mei (3)
- Juni (4)
- Juli (3)
- Agustus (2)
- September (3)
- Oktober (3)
- November (1)
- Desember (3)
-
▼
2013
(28)
- Januari (2)
- Februari (3)
- Maret (3)
- April (3)
- Mei (2)
- Juni (3)
- Juli (1)
- Agustus (2)
- September (1)
- Oktober (3)
- November (3)
- Desember (2)
-
►
2014
(23)
- Januari (2)
- Februari (1)
- Maret (2)
- April (2)
- Mei (3)
- Juni (2)
- Juli (2)
- Agustus (3)
- September (2)
- Oktober (2)
- November (1)
- Desember (1)
-
►
2015
(26)
- Januari (2)
- Februari (3)
- Maret (3)
- April (3)
- Mei (3)
- Juni (2)
- Juli (1)
- Agustus (1)
- September (1)
- Oktober (2)
- November (3)
- Desember (2)
-
►
2016
(14)
- Januari (2)
- Februari (1)
- Maret (1)
- April (1)
- Mei (1)
- Juni (1)
- Juli (1)
- Agustus (1)
- September (2)
- Oktober (1)
- November (1)
- Desember (1)