Menyimak Musk di Kafe
Karya Aan Mansyur
Tidak ada yang istimewa dari kafe itu. Minumannya
biasa-biasa saja. Lampu-lampunya terlalu terang.
Dan para pengunjung ribut membicarakan negara
yang sedang tidur.
Panggung dan alat-alat musik di panggung kafe istirahat
setengah jam. Pukul 2 tiba dan seorang perempuan
menyanyikan lagu favoritmu. Aku menikmati tiga
hal dari lagu itu. Gempa waktu, rasa sakit, dan
sesuatu yang belum kutahu namanya.
Aku pulang dan jalan beraroma kampung
halaman terbakar. Aku berhenti setiap ada pohon
mengucapkan terima kasih sebelum tiba pada
jam-jam tidak bisa tidur di kamar.
Lagu itu belum berhenti. Rasa sakit tumbuh seperti
kalimat-kalimat indah di buku-buku puisi Sylvi
Plath. Aku mencintaimu dan mencitai
kehilanganku atasmu.
Di kafe itu, orang-orang berbahagia demi mengibur
kesedihan mereka. aku berbahagia karena selalu
bisa sedih pernah memiliki.
:)
Daftar Isi 2019
Arsip
-
►
2011
(26)
- Mei (3)
- Juni (4)
- Juli (4)
- Agustus (2)
- September (4)
- Oktober (3)
- November (3)
- Desember (3)
-
►
2012
(32)
- Januari (2)
- Februari (3)
- Maret (3)
- April (2)
- Mei (3)
- Juni (4)
- Juli (3)
- Agustus (2)
- September (3)
- Oktober (3)
- November (1)
- Desember (3)
-
►
2013
(28)
- Januari (2)
- Februari (3)
- Maret (3)
- April (3)
- Mei (2)
- Juni (3)
- Juli (1)
- Agustus (2)
- September (1)
- Oktober (3)
- November (3)
- Desember (2)
-
►
2014
(23)
- Januari (2)
- Februari (1)
- Maret (2)
- April (2)
- Mei (3)
- Juni (2)
- Juli (2)
- Agustus (3)
- September (2)
- Oktober (2)
- November (1)
- Desember (1)
-
►
2015
(26)
- Januari (2)
- Februari (3)
- Maret (3)
- April (3)
- Mei (3)
- Juni (2)
- Juli (1)
- Agustus (1)
- September (1)
- Oktober (2)
- November (3)
- Desember (2)
-
▼
2016
(14)
- Januari (2)
- Februari (1)
- Maret (1)
- April (1)
- Mei (1)
- Juni (1)
- Juli (1)
- Agustus (1)
- September (2)
- Oktober (1)
- November (1)
- Desember (1)