Karya
Edy A.Effendi
Jejak malam. Malam berjejak. Aku luruh dalam auman lukamu. Auman cinta
yang tak bertepi, tak berperi. Cinta yang kau tanam di gang sempit itu, tumbuh
subur jadi hama hidupku. Aku dan kamu, hanyalah bingkai-bingkai kecil yang
tak pernah tertata rapi. Tak pernah selesai dibangun oleh jiwamu dan jiwaku.
Di gang sempit itu, kau membisu, beku dan kelu. Bibirmu terpasung
kata. Sunyi adalah pilahan. Sunyi adalah pilihan. Pilahan dan pilihan itu,
mengusung jarak batas antarkita. Batas jasadku dan jasadmu yang tak
pernah berujung pada dipan panjang, tempat kita menabur benih cinta.
Di sini, di gang sempit, aku merindu lenguhmu. Merindu keluhmu. Merindu
desah napasmu ketika tubuhmu terbujur kaku tanpa busana di perjalanan
malam. Aku tetap mengenangmu dari jauh, di antara kepingan puzzle,
kepingan lego, yang tak pernah berhenti mencari batas kesempurnaan.
Edy A.Effendi
Jejak malam. Malam berjejak. Aku luruh dalam auman lukamu. Auman cinta
yang tak bertepi, tak berperi. Cinta yang kau tanam di gang sempit itu, tumbuh
subur jadi hama hidupku. Aku dan kamu, hanyalah bingkai-bingkai kecil yang
tak pernah tertata rapi. Tak pernah selesai dibangun oleh jiwamu dan jiwaku.
Di gang sempit itu, kau membisu, beku dan kelu. Bibirmu terpasung
kata. Sunyi adalah pilahan. Sunyi adalah pilihan. Pilahan dan pilihan itu,
mengusung jarak batas antarkita. Batas jasadku dan jasadmu yang tak
pernah berujung pada dipan panjang, tempat kita menabur benih cinta.
Di sini, di gang sempit, aku merindu lenguhmu. Merindu keluhmu. Merindu
desah napasmu ketika tubuhmu terbujur kaku tanpa busana di perjalanan
malam. Aku tetap mengenangmu dari jauh, di antara kepingan puzzle,
kepingan lego, yang tak pernah berhenti mencari batas kesempurnaan.