Kami memang tidak kuliah di Jurusan Ilmu Komunikasi,
tapi kami bicara dengan bahasa yang sama, bahasa Indonesia
Kami saling mengirimkan pesan terselubung via dunia maya,
pikirku itu bahasa cintanya;
dan mata kami pernah bertubrukan di udaa
kiraku dia tengah menyampaikan isi hatinya
Tetapi, itu semua jadi dulu
Tahunya kemudian kami bertingkah seperti abg. Tak satu pun
dari jutaan bahasa di dunia yang kami pilih buat bicara
Dia menutup dirinya begitusaja
Dia bilang sedang mengukur nilai - nilai hidupnya
Tentu saja aku paham. Jarak kami ribuan mil.
Tidak juga bisa diperpendek denganku berlari sekencang - kencangnya
Tampaknya ini adalah akhir, tanpa benar - benar pernah dimulai
Melupakannya. Meninggalkannya sebagai bagian dari masa lalu.
Melanjutkan hidup tanpa protes.
Maunya tanpa mengaduh, tapi sangat tidak tertahankan.
Bisaku menyampaikan pada ruang kosmik.
Pada kalian. Yang sepi.
Sebagai tempat persembunyian isi benakku.
rani nuralam, 12 Oktober 2010