Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image

Senam Kridaprana = Waitankung

  • Senin, 25 Juli 2011
  • rani nuralam
  • Label: ,
  • Chang Che Tung

    Waitankung bukan merupakan jenis ilmu silat atau bela diri, juga bukan merupakan ilmu Ci Kung tradisional, yoga atau olahraga senam orang Barat. Waitankung lebih tepat disebut sebagai seni olahraga Tiongkok Kuno yang berhasil ditemukan kembali dan dikembangkan oleh Chang Che Tung, seorang mahaguru pemeluk agama Islam yang telah menekuninya selama lebih dari 30 tahun.

    Dalam perjalanannya setelah melalui proses penuh keprihatinan, sang mahaguru yang semula mengidap penyakit rematik, malaria menahun, dan selalu insomnia telah berhasil menyusun kembali sebuah manuskrip kuno yang sudah tidak utuh akibat bencana alam. Namun, setelah menekuni berbagai petunjuk sesuai dengan isi manuskrip, semua keluhan penyakitnya bisa lenyap, dan dalam usianya yang menjelang senja, mahaguru itu justru tampak segar bugar. Maka tak pelak lagi, ia pun menyebarluaskan ilmu Waitankung ke seluruh lapisan masyarakat.

    Latar Belakang

    Segala sesuatu yang ada di alam ini akan mengalami penuaan, melemah, jatuh, dan berguguran. Demikian pula dengan manusia. Ketika seorang manusia memasuki umur 60 tahun maka di dalam tubuhnya akan lebih banyak menyimpan unsur Yin (negatif) sehingga semakin hari kondisi tubuh dan kesehatannya semakin melemah. Bagi mereka yang dapat mencapai usia 60 tahun akan lebih berbahagia bila dapat memanfaatkan sisa - sisa unsur positifnya (Yang) dengan berlatih Waitankung.

    Latihan ini harus dilakukan teratur dan dengan pikiran positif. Oleh karena dalam 100 hari wajah akan tampak berseri - seri, penuh gairah dan semangat. Pada hari ke-300 energi dasar Waitankung pun sudah menyebar ke seluruh badan, kemudian merangsang daya dan keseimbangan organ - organ tubuh. Secara lahiriah kulit jadi halus, tidak berkeriput dan segar.

    Gerakan

    Sebelum gerakan utama dilakukan, energi dasar dari Waitankung sudah mengalir sejak persiapan. Dalam keadaan tenang sambil mengatur napas, demi kelancaran aliran darah maka pikiran dan hati seolah - olah dibiarkan kosong, tapi tetap berkonsentrasi penuh. Harus relaks, jangan mengeluarkan tenaga. Dalam persiapan ini dinantikan energi dasar Sien Tien Ci yang tidak berwujud (hanya dirasakan), kedua telapak barulah digetarkan.

    Ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh para peserta sebelum dan sesudah latihan:

    A. Saat Latihan
         1. Para peserta memperhatikan pelajaran dari pelatih
         2. Para peserta sudah di tempat latihan sesuai jadwal
         3. Para peserta melakukannya dengan kesabaran, keyakinan, dan rutinitas
             tetap yakni setiap hari
         4. Para peserta memakai seragam olahraga lengkap dengan alas kaki
             sepatu
         5. Peserta latihan sebelum mendapat sertifikasi melatih tidak
             diperkenankan memimpin latihan
         6. Para peserta dianjurkan untuk meninggalkan segala jenis latihan bela
             diri selama melakukan latihan Waitankung
      B. Latihan Perorangan/Sendiri
          1. Latihan dilakukan minimal sehari satu kali selama 5 - 30 menit, dan harus
              diawali dengan latihan pendahuluan (pemanasan).
          2. Waktu latihan serasi. Bila dilakukan pada pagi hari maka antara jam 5.00
              sampai dengan 7.00. Bila dilakukan sore hari, maka dimulai sekitar jam
              17.00
          3. Tempat latihan
      • Di lapangan terbuka atau ruangan yang cukup sirkulasi udaranya
      • Tidak di tempat yang berangin kencang
      • Tidak di areal pekuburan/hutan lebat/bangunan tua kosong
      • Jika dilakukan di ruang ber-AC, maka keringat harus sering - sering diseka dan pakaian juga harus diganti guna menjaga temperatur tubuh tetap hangat
         4. Usai latihan
      • Jangan minum es
      • Jangan duduk di bawah hembusan kipas angin/AC
      • Jangan langsung melakukan hubungan seks habis berlatih
      • Jangan langsung makan dan mandi (atau sekedar membersihkan tangan), tunggu sekitar 30 - 60 menit kemudian

       C. Tentang makanan dan minuman
           1. Perbanyak minum air putih, makan sayur dan buah - buahan
           2. Jangan makan berlebihan dan hindari makanan yang berkolesterol
               tinggi
           3. Untuk peserta wanita yang sedang haid dianjurkan menghentikan  
               latihan sampai masa menstruasinya selesai
           4. Bila sedang hamil, dianjurkan tidak berlatih dulu hingga si jabang bayi
               lahir
           5. Para peserta sebaiknya minum secangkir minuman manis hangat atau
               makanan ringan daripada memulai latihan dengan perut kosong
             
      D. Bagi Penderita Sakit Tertentu Ada Beberapa Hal yang Digarisbawahi
           1. Penderita darah tinggi, diabetes, jantung tetap melanjutkan   
               pengobatan sesuai petunjuk dokter
           2. Penderita rematik/radang persendian, setelah 2-3 bulan berlatih  
               Waitankung akan merasa sakitnya bertambah parah, padahal hal itu  
               adalah pertanda baik karena bagian dari proses penyembuhan
           3. Penderita jantung, dianjurkan mempraktekkan latihan pendahuluan  
               selama 1 bulan terlebih dahulu lalu mulai ke latihan Waitankung
               yang sesungguhnya
           4. Yang tidak kuat berdiri, dapat duduk di bangku dengan kedua kaki di
               atas lantai.
           5. Para peserta latihan yang mempunyai keluhan sakit diharapkan
               mengkomunikasikan sakitnya kepada pelatih agar pelatih dapat
               melakukan pengamatan yang teratur dan seksama.

      Jurus - jurus Persiapan dalam Waitankung :
      1.   Persiapan
      2.   Menyanggah Langit Memeluk Bulan
      3.   Belibis Terbang Berpaling Muka
      4.   Menyongsong Badai Salju
      5.   Lambaian Dewa
      6.   Menapis Gabah
      7.   Menanam Bibit
      8.   Mencabut Padi
      9.   Tendangan Membalik Mata Kaki
      10. Gerakan Jalan di Tempat

      12 Gerakan Inti:
      1.   Kura - kura bernapas
      2.   Panjang Umur
      3.   Elang rentang bersayap
      4.   Kepalan hampa penuh rahasia
      5.   Menyangga langit menekan bumi
      6.   Dewa bertapa
      7.   Gerakan menadah mutiara
      8.   Menggetarkan bumi memutar pinggang
      9.   Paduan Sukma
      10. Santai penuh siaga
      11. Langkah bangau
      12. Pelepasan hawa/penutup


      Sekelumit Waitankung yang sudah diperikan di atas merupakan saduran dari buku Mengenal Olahraga Senam Waitankung dan Faedahnya. Ditandaskan oleh penyusunnya bahwa penamaan jurus - jurus itu semata untuk memudahkan penyebutan saja karena merupakan terjemahan bebas. Tidak dicantumkan nama penyusun buku tersebut, namun tersirat Ibu Sophia Joseph berperan dalam buku yang dikeluarkan Sasana Kridaprana Indonesia, Bekasi.

      Sophia Joseph adalah seorang pionir Waitankung Indonesia. Berawal dari penyakit yang dideritanya, dan berangsur membaik setelah menjalani senam. Dengan loyalitas tinggi, penuh dedikasi, dan tanpa pamrih beliau pun mulai mengasuh jenis senam ini. Dalam perkembangannya, para anggota memerlukan buku panduan Waitankung, maka Sophia Joseph beserta murid bimbingannya mempersembahkan buku ini kepada khalayak.

      Yang menarik dari Senam Waitankung ini di antaranya adalah nama jurus - jurus tersebut sesuai gerakan yang biasa dipakai sehari - hari. Misalnya "Menanam Bibit", gerakan yang diperagakan di situ memang sebagaimana petani sedang menanam bibit di sawah atau ladang, atau pada "Elang Rentang Sayap" peserta merentangkan tangan sambil menggerakkan beberapa bagian tubuh tertentu seolah - olah ia adalah elang yang sedang mengepakkan sayap.

      Lalu dalam hal hitungan, gerakan dimulai dari 1 (satu) hingga 9 (sembilan). Unsur positif (Yang) termaktub dalam hitungan 1 - 9, setelah itu kembali dari hitungan 1. Inilah yang dikenal sebagai sirkulasi hitungan awal dan akhir sesuai dengan peredaran/sirkulasi darah pada seluruh tubuh kita.

      Dinamisasi gerakan memang tidak seaktif aerobics dance, misalnya, sehingga sebagian orang memandang senam ini dengan sebelah mata sebab terkesan lemot. Padahal tiap gerakan atau postur tubuh yang sedemikian rupa mengandung fungsi dan falsafah yang dalam.

      Yang tak bisa disalahkan bila waitankung dianggap senam buat warga lansia karena peminatnya kebanyakan para lansia. Memang tidak tertutup kemungkinan orang berusia 30an mengikuti senam ini. Dengan catatan, bila ia sudah mulai mengidap penyakit tertentu, atau dalam keadaan sehat wal afiat, tetapi pada bagian jurus tertentu gerakannya berbeda sedikit.

      Demo Wai Tan Kung


      Kridaprana di Pelataran Kelurahan Aren Jaya

      Kegunaan waitankung dirasakan oleh masyarakat di Kelurahan Aren Jaya, Bekasi Timur, Kota Bekasi. Sudah jamak pula beberapa kelompok senam bersama di seputaran kelurahan itu menyebut Waitankung dengan sebutan Senam Kridaprana. Ada dua hal yang menyebabkan sebutan Senam Kridaprana lebih populer ketimbang Waitankung di sana. Pertama, pengucapannya dirasa lebih gampang. Kedua, buku tuntunan sehat tentang seluk beluk Waitankung dikeluarkan oleh Sasana Kridaprana Indonesia, Bekasi. Kendati begitu mereka bukan kacang lupa pada kulit. Pada kenyataannya mereka tahu Senam Kridaprana adalah Waitankung.

      Salah satu kelompok senam bersama Senam Kridaprana mengambil tempat di Pelataran Kelurahan Aren Jaya,  Bekasi Timur, Kota Bekasi. Mereka tetap bertahan selama 10 tahun terakhir ini.  Kegiatan ini dilaksanakan seminggu sekali tiap hari Minggu pagi pukul 06.00. Pada awal berdirinya sekelompok orang terdiri dari bapak - bapak dan ibu - ibu yang berdomisili di sekitar wilayah itu merintis kelompok senam bersama ini dengan berlatih di depan Puskesmas Aren Jaya. Dalam perjalanannya mereka  pindah ke pelataran parkir kelurahan yang tempatnya tujuh kali lebih lapang dari sebelumnya.

      Secara konstan jumlah anggota yang rajin berlatih sekitar 30 orang. Kebanyakan terdiri dari para lansia. 80% di antaranya adalah wanita, dan 20% sisanya adalah pria. Ketika kegiatan ini dirintis lapangan senantiasa dipenuhi para partisipan.Bisa mencapai 50 orang. Namun setelah para senior itu mahir, mereka menularkan keahlian mereka itu kepada lingkungan mereka sendiri setingkat RT atau di RW masing - masing.

      Ketekunan mereka berlatih tak lain karena dampak positif yang sudah mereka rasakan langsung maupun tidak langsung. Beberapa peserta yang mengidap ginjal akut, ambeien, maag dan lain - lain, kondisinya membaik. Padahal kalau menilik pada 12 jurus gerakan sederhana diharapkan agar lima organ tubuh bagian dalam (paru-paru, jantung, ginjal, hati, dan limpa) selalu dalam keadaan baik, tapi selama ini hasil yang mereka dapat lebih dari sekedar kondisi kesehatan yang fit. Karena tali silaturahmi di antara para anggotanya membuat kualitas hidup mereka meningkat.


      Lihat Peta Lebih Besar
      (c) Copyright 2010 lampu bunga. Blogger template by Bloggermint