Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image

Cetakan

  • Senin, 11 November 2013
  • rani nuralam
  • Label: ,


  • /1/
    lapar membuat pikiran jadi liar, pilihan membuat keisengan, hidup kami dipenuhi ketidaktenteram dan kami tak pernah bosan, kebosanan hanyalah dinding kertas yang mudah sobek oleh kulit basah jari kami, kami melompat dari ketegangan ke pucuk duri, ketenteraman hanya pelontar yang memantul-lesatkan kami dari tepi ke tepi, ujung ke ujung, melompat-mbandul, kami masuki ruang antara di amana kesedihan dan kegembiraan selalu dipertentangkan, hidup – mati dipertaruhkan, lapar-kenyang diperebutkan, kami hidup membawa lupa

    /2/
    kami tak mengerti  apa yang dikatakan dunia tapi kami merasa desakan emosi yang kuat di dalam dada, dada yang tak bias berkata tapi menyerap semua bahasa dari udara, menggumpal, menggelembung, bergulung-gulung, menjebol bendungan kelopak mata, udara jadi basah, bahasa jadi basah, hanyut di tangis kami, kami jadi bisu, kami tak mengenali satu sama lain, kami asing, terasing, kami bicara dalam bahasa terendam, bahasa yang tenggelam, isyarat kami tak terpahami, suara kami lari, lari menubruk mulut kami sendiri, kami merasa mati di rumah sendiri

    /3/
    kami percaya tubuh kami hanya cetakan tapi kami tak percaya kutukan: lubang hitam yang memaksa tubuh kami jadi bidak, prajurit buta, dan bukan apa saja, tapi kami merasa ada kejanggalan pada diri kami, tubuh kami dipaksa kafir dari pikiran dan kemauan, jiwa hidup bersih, tubuh rusuh dihidupi dosa, kami sempat bertaruh pada diri sendiri: jika tuhan diam kami putuskan bunuh diri, tapi tak ada perubahan, kami seperti debu dalam pusaran topan, kami tak pernah dihiraukan tuhan, kami sampai pada ujung kerelaan dan kami harus berjuang melawan sesuatu yang tak pasti dalam tubuh kami: menjadi tua tak berguna atau bermain petak umpet seperti anak – anak, hidup kami dimainkan kata – kata

    /4/
    kami adalah penyekat sekaligus penghubung, kami  pencakup dan pemasuk antara ada dan tiada, kami adalah perangkat sempura, diri kami adalah segalanya, diri kami adalah alam semesta, tubuh kami dipenuhi benda- benda, ruh kami dihuni sketsa, jiwa kami ditumbuhi imajinasi, kenyata-beradaan kami dihidup-napasi jagat raya, kami adalah bagaimana kami memaknai


    F Aziz Manna, 2008
    (c) Copyright 2010 lampu bunga. Blogger template by Bloggermint