Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image

Cincin

  • Rabu, 25 Mei 2011
  • rani nuralam
  • Label: ,
  • Menggelikan kalau dipikir. Bangun di pagi buta dan yang tersirat, Cincinku ada dimana? 

    Tak bisa kurasakan apapun pada jariku. Mataku semakin membelalak - kendati lampu putih masih bersinar - begitu sadar memang tidak ada apa - apa di antara kelima jari kananku ini. Kulongok meja cermin, mana tahu sebenarnya telah kutaruh di situ, tapi yang terlihat cuma sebuah mug, karet gelang, peniti, Al Qur'an dan selembar SPPT. 

    Tidak pernah gerakanku sesigap itu, tidak juga saat shalat Tahajud tiba.   Itu bukan cincin kawin, bukan pula cincin pemberian kekasih, apalagi cincin bertuah. Bentuknya sederhana, tapi mengkilap dan murni. Rasanya tidak ada nilai sentimentil di sana, itu cuma cincin yang kupilih sendiri.

    Dalam keadaan nyaris panik kuaduk - aduk selimut dan bantal. Aku baru memiliki sebentar, aku tidak mau kehilangan. Jangan ketawa, tapi cincin itu adalah satu - satunya harta karunku dan jangan bandingkan dengan para hartawan yang mungkin tidak akan pusing kehilangan sebongkah cincin kecil. Dan aku  takut kehilangan?  Aku ingin mereka - reka alasannya, tapi tak satupun cocok.Yah, aku tidak tahu persis alasannya.

    Napasku langsung lega karena pencarianku tuntas dalam dua menit kemudian. Jariku kembali menyentuh cincin itu. Tersembunyi di balik bantal. Kalau cincin itu seekor kucing kesayangan, barangkali sudah kuelus - elus. Yang penting cincin itu sudah kembali dan kini kusematkan di tempatnya semula.

    (c) Copyright 2010 lampu bunga. Blogger template by Bloggermint