Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image

Ibuku Banyak Sekali

  • Kamis, 22 Desember 2011
  • rani nuralam
  • Label: ,
  • Ibuku ya cuma satu. Yang melahirkanku ya cuma beliau itu. Yang dikira orang keturunan Arab atau India lantaran hidungnya yang mancung. Yang kalau sedang senang hatinya akan memasakkan hidangan buat kami tak kira – kira. Yang naluri keibuannya begitu kuat sampai – sampai kadangkala timbul jengkelku karena seperti tertangkap basah merahasiakan sesuatu darinya. Ya yang itu, ibu kandungku.

    *

    Di luar itu kupunyai beberapa ibu. Tak sampai hitungan jutaan. Kupanggil ia : ibu, bunda, nenek, dan oma. Bila tak ada para ibuku, aku bagai itik kehilangan induk.

    Mau sok maskulin seperti gaya Demi Moore dalam G.I Jane sudah keburu tertegur ibuku melalui keseharian penampilannya yang tetap terbungkus dalam pakaian yang rapat dan modis. Padahal ibuku yang baru datang dari Madinah ini kalau sudah melatih kalestenik auranya menyala – nyala dan bikin semangat semua orang bangkit.

    Mau petentang petenteng menantang dunia, teringat pada ibuku yang nggak jago senam, yang gerakan senamnya tanpa power, yang suaranya telah parau, yang berkutat dengan masuk angin atau encok, yang banyak giginya  tanggal, tapi tetap rutin datang ke klub senam. Hanya hadir. Tetap semangat. Dengan senyum yang sama dan sederhana.

    Malu rasanya membusungkan dada karena ibu - ibuku orang hebat. Ibuku yang berikutnya ini juga. Beliau memiliki sederet piala kejayaan dan jago split. Tetapi beliau tetap bermurah hati  membalas salamku dengan memberi ciuman pada pipi

    Sebal kalau punya ibu yang bawel, sok tahu, dan egois. Bikinku ogah mendekatinya. Bertahun – tahun berlatih senam, gerakan senam ibuku ini tidak pernah beres. Begitulah kalau keras kepala dan sombong, meskipun begitu bukan berarti ia tak memiliki sisi terang. Siapa yang akan mengira ibuku yang satu ini melakukan suatu kebaikan dengan diam – diam.

    Ibuku yang lain sebenarnya hendak menjadikanku anaknya. …

    Satu saat ibuku membisikkan doanya ke dalam telingaku agar aku mendapatkan yang terbaik.

    Silih berganti ibu – ibuku  itu menuangkan air segar ke dalam pot kehidupanku sehingga kembangnya tetap segar.

    Merekalah ibuku. Mereka para wanita yang mampu mengistimewakan diri sendiri. Produk kolot, jadi tahu betul arti malu. Banyak cingcong pada sesuatu yang meresahkan norma. Tetap menyinari kendati usia menuju senja. Biar dibilang "neli" hanya karena berpenampilan trendi dan enerjik, mereka santai saja. Ibu - ibuku adalah wanita sholeha, anggota pengajian, kecuali oma.

    Mendapatkan mereka tahun ini juga merupakan berkah sehingga kalau aku menangis, aku sudah tahu harus lari kemana.
    (c) Copyright 2010 lampu bunga. Blogger template by Bloggermint