Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image

Solilokui

  • Kamis, 08 Mei 2014
  • rani nuralam
  • Label: ,

  • Ini kutipan yang saya ambil dari tulisan Rhenald Kasali berjudul "Konsep Visual". Beliau mengatakan bahwa simbol-simbol yang memberikan pesan-pesan nonverbal, menurut ahli psikologi memberikan lebih banyak makna dibandingkan pesan verbal. Dalam banyak hal, pemikiran itu juga berlaku dalam presentasi. Waktu kita mengembangkan ide-ide visual tentunya harus sesuai dengan topik yang akan disampaikan.  Holchombe dan Stein (1990) memberikan tips mewujudkan suatu konsep visual. Pertama, gunakan analogi dalam menyampaikan topik. Bisa pula metafora atau apa saja yang berhubungan dengan pembahasan. Dengan analogi yang cerdas, kita bisa menceritakan dengan bahasa yang sederhana, lugas, dan menarik. Kedua, gunakan visual sesuai dengan data yang ada. Petunjuk untuk membuat visualisasi biasanya dari kata kerja, karena kata kerja menunjukkan suatu kegiatan (action). Bisa pula dimanifestasikan berupa gambar misalnya sebuah tanda panah yang mengarah kepada tujuan. Ketiga, berkeyakinan bahwa visual ini sesuai dengan kata-kata yang ingin dikembangkan. ( http://news.detik.com/read/2000/08/27/202918/285377/25/konsep-visualhttp://news.detik.com/read/2000/08/27/202918/285377/25/konsep-visual)

    Sangat menarik betapa hidup bisa tertata dengan rapi dan bergelimang keajaiban karena pemanfaatan konsep visual dengan baik. Banyak orang tidak bermaksud menerapkan teori itu dengan sengaja.  Barangkali visual mind adalah teori yang dibaca sepintas lalu, sebagai tambahan pengetahuan saja, namun ternyata berdampak luar biasa. Tetapi, menjadi bagian dari sesuatu itu sangat menyenangkan, bagian dari kelompok yang ber-visual mind.

    Presentasi beberapa tulisan dalam blog ini sudah disiapkan tahun lalu.  Pada kenyataannya, tulisan – tulisan itu bagai mantra yang ditebar ke langit. Umpamanya: “Kemenangan”. Tulisan itu adalah terjemahan dari ayat – ayat Al – Fath, surat ke-48 dalam Al Qur’an. Dua tahun lalu, ceramah Ustad Yusuf Mansyur di Wisata Hati tentang Al Fath  meninggalkan kesan mendalam buat saya. Cek saja videonya di Youtube. Saya jadi selalu ingin menulis sesuatu tentang kemenangan dan Al Fath.  Tetapi, tidak ada yang pas, kecuali dalam formulasi seperti itu. Secara kebetulan dalam minggu yang sama dengan terbitnya tulisan itu, sebuah hadiah yang ditujukan untuk saya diumumkan kepada khayalak. Ada dua hal yang berbeda, tetapi muncul bersamaan dan seakan – akan saling melengkapi. Memikirkan hal itu, bagi saya sungguh menggelisahkan. Seolah – olah saya sedang berbangga diri menerima hadiah itu, lalu mengutip sebuah terjemahan Al Fath. Betul, dengan senang hati hadiah itu saya terima, tetapi situasi itu sebenarnya bikin saya mau ngumpet saja.

    Kebetulan – kebetulan itu datangnya silih berganti sejak beberapa tahun terakhir. Bukan tentang “Kemenangan”, tetapi juga hal lainnya.

    Jadi bagaimana menjelaskan hal ini? Ada banyak penjelasan yang dapat menuntaskan pertanyaan itu. Salah satunya adalah apalagi kalau bukan sebuah visual mind yang tengah berperan dalam kehidupan saya kini. Saya sedang menuliskan takdir saya sendiri. Semua yang tertulis itu benar – benar untuk menyambut suatu hal. Bila benar begitu, maka menulis bukan lagi sekedar aktivitas pengisi waktu luang, tetapi juga doa. Jadi, menulis harus dilakukan dengan pertimbangan - pertimbangan yang matang.

    Melanjutkan kata – kata Rhenald Kasali, “(Hati-hati jika) inginnya tampil menarik, salah-salah visualnya tidak sesuai. Maka, sebelum presentasi dimulai, uji coba dahulu (bagaimanapun caranya). Siapa tahu ada pesan visual yang tidak sesuai dengan kata-kata yang ingin disampaikan.”(Q)
    (c) Copyright 2010 lampu bunga. Blogger template by Bloggermint