Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image

Angels & Demons

  • Senin, 04 Agustus 2014
  • rani nuralam
  • Label: ,


  • … .

    Langdon tersenyum. Dia berjalan hilir mudik di depan papan tulis sambil menguyah apel.

    “Mr. Hitzrot!” dia berseru. Seorang pemuda yang mengantuk di deretan belakang segera menegakkan duduknya karena terkejut,

    “Apa! Aku?”

    Langdon menunjuk poster Renaisans yang menempel di dinding.

    “Siapa lelaki yang berlutut di depan Tuhan?”

    “Mmm… seorang santo?”

    “Hebat. Dan bagaimana kau tahu dia itu santo?”

    “Dia mempunyai halo?”

    “Bagus sekali. Dan apakah halo keemasan itu mengingatkanmu pada sesuatu?”

    Hitzrot tersenyum. “Ya! Benda Mesir yang kita pelajari semester lalu. Itu … mm … cakram matahari!”

    “Terima kasih, Hitzrot. Tidurlah kembali.” Langdon kemudian memerhatikan mahasiswa lainnya.

    “Halo, seperti juga simbol Kristen lainnya, dipinjam dari agama Mesir Kuno yang menyembah matahari. Agama Kristen dipenuhi contoh – contoh pemujaan matahari.”

    “Maaf?” gadis yang duduk di deretan depan itu berkata lagi. “Aku selalu ke gereja, tapi aku tidak pernah memuja matahari.”

    “Betulkah? Apa yang kau rayakan pada 25 Desember?”

    “Natal. Hari lahir Yesus Kristus.”

    “Tapi, menurut Alkitab, Kristus lahir pada bulan Maret. Kenapa kita merayakan pada akhir Desember?”

    Diam.

    Langdon tersenyum. “Tanggal 25 Desember adalah hari libur kaum pagan kuno, sol invictus – Matahari yang Tak Terkalahkan – bertepatan dengan titik balik matahari pada musim salju. Itu saat yang luar biasa dalam setahun ketika matahari kembali bersinar, dan hari mulai bertambah panjang.”

    Langdon menggigit apelnya lagi.

    “Penyebaran agama Kristen,” dia melanjutkan, “sering mengadopsi hari – hari suci yang sudah ada upaya masuk – Kristen tidak terasa terlalu mengejutkan. Itu disebut transmutasi. Itu membantu orang untuk menyesuaikan diri dengan agama baru mereka. Para pemeluk baru itu terus mempertahankan tanggal – tanggal suci mereka, berdoa di tempat – tempat suci yang sama, menggunakan simbologi yang sama … dan mereka hanya semata – mata mengubah tuhannya dengan yang baru.”

    Sekarang gadis di depan itu tampak marah. “Anda menyindir kalau agama Kristen hanyalah … pemujaan matahari dengan kemasan ulang?”

    “Sama sekali tidak. Agama Kristen tidak hanya meminjam dari para pemuja matahari. Ritual kanonisasi seorang Kristen Kristen diambil dari ritual ‘pengangkatan dewa’ milik Euhemerus. Ritual “Tuhan makan’, atau Pemujaan Kudus, diadopsi dari Aztec. Bahkan konsep Kristus mati untuk menebus dosa dipandang sebagai bukan milik Kristen semata; pengorbanan diri seorang pemuda untuk menebus dosa – dosa rakyatnya ada dalam tradisi Quetzalcoat yang paling awal.”

    Gadis itu melotot. “Jadi apa yang asil dari agama Kristen?”

    “Dalam setiap agama yang terorganisasi, hanya sedikit ritual yang asli. Agama – agama tidak terlahir begitu saja. Suatu agama berkembang dari agama lainnya. Agama modern merupakan sebuah susunan … sebuah percampuran catatan sejarah mengenai pencarian manusia untuk mengerti Tuhan.”

    “Mmm … tunggu dulu,” Hitzrot mencoba – coba, tampaknya sudah terbangun sekarang, “Saya tahu sesuatu yang asli dari Kristen. Bagaimana dengan gambaran kita akan Tuhan? Kristen tidak pernah menggambarkan Tuhan sebagai dewa matahari, elang, atau seperti orang Aztec, atau apa saja yang aneh. Gambaran Kristen selalu berupa seorang lelaki tua dengan janggut putih. Jadi gambaran kita tentang Tuhan adalah hal yang asli, bukan?”

    Langdon tersenyum, “Ketika orang – orang Kristen pertama beralih meninggalkan tuhan mereka yang terdahulu – dewa – dewa pagan, dewa - dewa Romawi, Yunani, matahari, Mithraic, apa pun itu – mereka bertanya kepada gereja bagaimana rupa Tuhan Kristen mereka yang baru. Dengan bijaksana gereja memilih wajah yang paling kuat, paling ditakuti … dan paling terkenal dari seluruh catatan sejarah yang ada.”

    Hitzrot tampak ragu, “Seorang lelaki tua dengan janggut putih yang panjang?”

    Langdon menunjuk poster yang berisi hierarki dewa – dewa kuno yang tergantung di dinding. Di puncaknya duduk seorang lelaki tua dengan janggut putih yang panjang.

    “Apakah Zeus terlihat seperti tokoh yang cukup kalian kenal?”

    Kuliah itu berakhir tepat di situ.

    *

    Dan Brown, Angels & Demons, hlm.293 – 295, Jakarta : PT. Serambi Ilmu Semesta.
    (c) Copyright 2010 lampu bunga. Blogger template by Bloggermint