

Makam Kebon Jahe Kober sendiri telah ada sejak masa kolonial Belanda, tepatnya tahun 1795. Ketika itu terjadi suatu wabah yang membuat banyak warga belanda di Batavia meninggal. Hal ini membuat kebutuhan lahan penguburan meningkat signifikan. Kebetulan saat itu kuburan warga Belanda di samping Gereja Baru (Nieuwe Hollandse Kerk, sekarang Museum Wayang) dianggap sudah terlalu padat.
Hal ini membuat pemerintah Batavia mengadakan lahan pemakaman baru di wilayah Selatan Batavia, yang posisinya agak jauh keluar kota dan jauh dari kepadatan penduduk kala itu. Karena itulah, makam yang sekarang beralamat di Jalan Tanah Abang no. 1 ini akhirnya diresmikan.
Dari segi tata kota, posisi Makam Kebon Jahe Kober amat strategis karena berada di tepi kali Krukut. Hal ini membuat lalu lintas pengangkutan jenazah beserta keluarga umumnya melalui kali Krukut.

Di museum ini dihimpun berbagai prasasti dari zaman Belanda dan sebelumnya serta makam beberapa tokoh Belanda, Inggris dan Indonesia atau Hindia Belanda seperti:
- A.V. Michiels (tokoh militer Belanda pada perang Buleleng)
- Dr. H.F. Roll(Pendiri STOVIA atau Sekolah Kedokteran pada zaman pendudukan Belanda)
- J.H.R. Kohler(tokoh militer Belanda pada Perang Aceh)
- Olivia Marianne Raffles (istri Thomas Stamford Raffles, mantan Gubernur Hindia Belanda dan Singapura)
- Kapitan Jas, makamnya diyakini sebagian orang dapat memberikan kesuburan, keselamatan, kemakmuran dan kebahagiaan.
- Miss Riboet tokoh opera pada tahun 1930-an
- Soe Hok Gie aktivis pergerakan mahasiswa pada tahun 1960-an. Nisannya berbentuk kotak kecil dengan patung malaikat di atasnya. Tidak mencolok dibandingkan dengan nisan-nisan lainnya.(Q)
Sumber: